Tengkar Atau Sabar Terhadap Mertua Yang Galak?

 Milih Tengkar Atau Sabar Terhadap Mertua Yang Galak?

Sering kita dengar cerita ada mertua yang bicaranya suka nyelekit pada menantu dan itu tidak sekali dua kali tetapi berkali-kali bahkan bertahun-tahun, kerap kali hal ini berbuntut panjang dan berakhir dengan hal2 yang tidak diinginkan dan di harapkan sebelumnya. 

Setelah menikah kita tidak hanya hidup dan memberi diri untuk melayani suami tetapi juga memberi diri dengan sukarela untuk melayani keluarganya (mertua), yang mana orang tua sang suami tak ubahnya dengan orang tua kita sendiri yang tentunya pula akan punya tuntutannya sendiri terhadap kita. 

Untuk membangun hubungan yang harmonis di antara mertua dan menantu tidaklah jadi dalam semalam, butuh waktu untuk saling mengenali karakter satu dengan yang lain. Nah dalam tahapan untuk saling mengenali satu dengan yang lain kerap kali hal ini di warnai dengan cek-cok sana cek-cok sini, perselisihan hal ini sudah menjadi lagu lama di antara mertua dan menantu. 

Tidak bisa di pungkiri, memiliki mertua yang galak ataupun cerewet memang merupakan salah satu ujian pernikahan, sebenarnya ada banyak faktor penyebab mertua bersikap demikian entah itu karena dari diri sendiri, dari sang menantu, perbedaan prinsip dalam hidup atau bisa juga hasutan dari orang lain. 

Lantas apa yang harus di lakukan oleh sang menantu, tengkar, pulang ke kedua orang tuanya atau tetap bersabar? 

Kecerewetan tidak bisa di hadapi dengan membalas cerewet padanya, kata-katanya yang pedas tidak bisa di balas dengan kata-kata yang pedas pula, sikapnya yang sinis tidak bisa di balas dengan sikap yang sinis pula, nah dalam keadaan inilah menantu "seperti" di tuntut untuk menunjukkan baktinya yang sesungguhnya bahwa ia tidak hanya mencintai sang suami dan menerimanya apa adanya tetapi juga ia di tuntut untuk dengan sukarela mencintai dan belajar bersabar menerima sang mertua. 

Cobalah untuk menghadapi mertua dengan berkepala dingin, tata emosi agar tidak tersulut oleh kecerewetannya. Untuk mencapai keharmonisan antara mertua dan menantu selalu ada harga yang harus di bayar, ada perasaan yang di korbankan dan itu nilainya sangat mahal dan tidak dapat di tukar dengan apapun. 

Kita bebas memilih pasangan tetapi kita tidak bebas memilih mertua. Bagi yang mendapat mertua yang baik itu anugerah dan bagi yang mendapat mertua yang galak itu latihan sekaligus sekolah kesabaran yang sesungguhnya (anda harus menciptakan keharmonisan itu). Dalam Situasi ini sabar merupakan gerbong pertahanan terakhir yang "mesti" dimiliki.

Sumber

Komentar