SIHIR. Masih ada yang percaya?

Sebuah survei sepanjang 2021 mengungkapkan empat dari 10 orang di seluruh dunia masih percaya sihir. Siapa saja mereka dan kenapa percaya? Hasil survei yang dilakukan Pew Reserch Center mengungkapkan sihir atau konsep orang dapat menggunakan kemampuan supranatural untuk menimbulkan kerugian, adalah kepercayaan yang sangat bervariasi antar negara.

Hanya 9 persen orang di Swedia percaya pada ilmu sihir, sementara lebih dari 90 persen orang di Tunisia percaya beberapa orang memiliki kekuatan jahat.

Dikutip dari LiveScience, kepercayaan pada ilmu sihir mungkin setua umur manusia itu sendiri.

Seni gua tertua di Inggris misalnya. Terdapat "tanda penyihir" yang diukir untuk mengusir roh jahat, sedangkan contoh tertulis dari nama Ibrani Tuhan ditemukan pada "tablet kutukan" diperkirakan berusia 3.200 tahun yang lalu.

Dikutip Jurnal Plos, tulisan dalam gua itu dimaksudkan untuk mengutuk seseorang yang melanggar sumpah.

Gagasan manusia dapat melontarkan kutukan hadir di sebagian besar agama besar dunia, termasuk Kristen, Yudaisme, Islam, dan Hindu.

Dalam studi baru para peneliti menggunakan kelompok data besar yang dikumpulkan selama enam gelombang antara 2008 dan 2017 oleh Pew Research Center.

Secara keseluruhan, 140 ribu orang di 95 negara dan lima benua ditanya dengan serangkaian pertanyaan terkait kepercayaan mereka pada sihir, seperti, "Apakah Anda percaya pada evel eye (semacam santet), atau kepercayaan terhadap orang-orang yang melontarkan kutukan dan mantra."

Berdasarkan sampel Pew, para peneliti memperkirakan setidaknya 1 miliar orang di seluruh dunia percaya pada ilmu sihir.

Golongan wanita, penduduk kota, dan golongan muda lebih cenderung percaya pada kekuatan gaib semacam itu.

Namun, individu dengan pendidikan tinggi, stabil finansial, dan tinggal di rumah yang lebih kecil ternyata cenderung tidak percaya dengan ilmu sihir.

Meski demikian kepercayaan semacam itu tetap ditemukan pada orang-orang di seluruh spektrum pendidikan dan sosial ekonomi.

Misalnya, orang dengan situasi ekonomi "sangat baik" hanya 6 sampai 7 persen lebih kecil kemungkinannya untuk percaya pada sihir daripada orang dengan situasi ekonomi "sangat buruk".

Sehingga tidak heran, mereka yang religius cenderung lebih percaya beberapa manusia memiliki kekuatan magis.

Orang-orang di negara-negara dengan institusi yang lemah, tingkat kepercayaan sosial yang rendah, penekanan yang lebih besar pada kesesuaian dan bias yang lebih besar terhadap orang-orang dalam "kelompok" juga lebih cenderung percaya pada ilmu sihir.

Hal itu sejalan dengan pekerjaan antropologi masa lalu yang mempelajari masyarakat Pribumi Amerika di Navajo Nation yang mengungkapkan kepercayaan pada sihir berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang membantu menjaga ketertiban dalam masyarakat ketika struktur pemerintahan formal tidak ada atau lemah.

Sumber

Komentar